Friday, October 7, 2016

BULETIN DARI SEBUAH KATEDRAL DI VIENNA

BULETIN DARI SEBUAH KATEDRAL DI VIENNA, TEMPAT CARDINAL SCHÖNBORN BERTUGAS, MENDUKUNG HUBUNGAN SODOMI BESERTA ANAK ANGKAT MEREKA. 

Hal ini sungguh sejalan dengan seorang uskup yang mendukung Amoris Laetitia

Cardinal Christoph Schönborn terus membuat berita dengan berbagai tindakannya yang heterodox (lawan dari sikap tradisionil) yang mengalir keluar dari diosis Vienna, Austria. Belum lama ini kami melaporkan pada website ini juga tentang dukungan terhadap teori gender. Dan kini buletin paroki dari Katedral St. Stephen, Vienna, memuat sebuah artikel yang menyuguhkan sekaligus mendukung sebuah pasangan homosex beserta anak angkat mereka. (lihat gambar dibawah).



Website Katolik Austria Kath.net pada 30 September 2016 melaporkan bahwa buletin resmi Gereja ini memuat sebuah artikel dengan gambar seorang selebritis (seorang awak media) yang bernama Georg Urbanitsch (laki-laki) bersama pasangan homosex-nya serta anak angkat mereka. Berita itu diberi judul ‘Kami adalah sebuah keluarga’ dimana Georg Urbanitsch memamerkan dengan cara yang terang-terangan cara hidup ‘keluarganya’ itu.

Kath.net melaporkan:

Georg Urbanitsch (laki-laki) hidup bersama dengan Bernd Schlacher (laki-laki), seorang pemilik resto di Vienna. Pada akhir 2012 mereka ‘menikah’ secara sipil. Pada tahun 2014 mereka mengadopsi seorang anak laki-laki dari Afrika Selatan. Lalu mereka melaksanakan pembatisan anak itu (menurut ajaran Gereja Katolik anak seperti ini tidak boleh dibaptis) di Katedral St. Stephen. Imam paroki, Toni Faber, yang menurut majalah mingguan setempat, dia ikut hadir pada saat perkawinan sipil dari pasangan itu, dan imam Toni Faber ini pula yang melakukan Pembaptisan atas anak kecil itu.

Buletin resmi itu (48 halaman), dari paroki tempat Katedral St.Stephen berada, juga berisi berbagai artikel mengenai seluk beluk Amoris Laetitia (silakan lihat disini). Pada halaman 17 buletin itu bisa ditemukan komentar Georg Urbanitsch :

Keluarga Pelangi (Pelangi adalah lambang kelompok LGBT), keluarga modern… ada berbagai penjelasan mengenai tempat istirahat kami yang nyaman. Kami tidak merasa bahwa cara hidup kami ini aneh, atau berbeda, dan kami boleh menyebut diri kami sebagai Bapak Bernd, Papi Georg, dan anak kami Siya.

Demikianlah Cardinal Schönborn secara efektif telah memberikan ruang gerak dan dorongan lebih jauh kepada melemahnya ajaran moral Katolik – dimana tujuan dari ajaran Katolik adalah untuk membawa jiwa-jiwa ke Surga. Namun dengan kenyataan yang ada ini telah menumbuhkan keraguan lebih jauh apakah kardinal ini adalah memang orang yang tepat yang bisa membantu Paus dari Gereja Katolik menuju ke arah sikap ortodoks (tradisionil) yang benar. Dalam konteks ini, mungkin ada baiknya jika kita mengingat apa yang disampaikan oleh Uskup yang berani, Athanasius Schneider, yang mengatakan kepada saya dalam sebuah wawancara pada tahun 2015:

Pelaku Homoseksual adalah orang yang, secara serius, berdosa berat melawan Kehendak Allah Sang Pencipta, karena, melalui tindakan mereka, mereka menolak Perintah Ilahi dalam hal seksualitas. Aturan mengenai seksualitas ini, hanya terdiri atas dua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan, dan perintah ini telah diciptakan dan dinyatakan sebagai hal yang baik oleh hikmat kebijaksanaan dan kebaikan Allah yang tak terhingga besarnya. Jika seseorang secara sadar memberontak melawan perintah ini, maka dia memberontak melawan kebijaksanaan dan kasih Allah dan akhirnya dia juga menolak Kehendak Allah dalam masalah yang sangat penting. Jika seseorang menolak Kehendak Allah pada masalah yang penting, maka dia menggantikan Kehendak Allah dengan keinginannya sendiri, wawasannya sendiri dan dengan gairahnya sendiri.
Orang seperti ini telah menjauhkan atau memisahkan dirinya dari komunitas kekal dengan Allah, dari kebahagiaan kekal, dan dia telah memilih hukuman kekal. Melaksanakan tindakan homoseksual, adalah sama seperti orang berdosa dengan dosa berat pada jiwanya, mendapati dirinya dalam situasi spiritual yang paling berbahaya - seolah-olah dia berdiri di tepi jurang - karena mereka memiliki resiko atau bahaya kehilangan jiwa mereka untuk selama-lamanya.
Kristus menderita dan mencucurkan DarahNya Yang Berharga di Kayu Salib agar tidak ada seorangpun yang musnah selamanya, dengan cara bertobat dan sepenuhnya menerima Kehendak Tuhan dalam segala hal, dan jiwanya akan bisa diselamatkan. Namun Kristus tak bisa menyelamatkan atau mengampuni siapapun yang tidak mau bertobat (lihat Markus 4: 12).


Read the full article at One Peter Five

Artikel lain :

No comments:

Post a Comment